Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari banyak daerah dan suku. Masing-masing suku maupun wilayah di negara ini memiliki bahasa daerahnya tersendiri, begitu juga bahasa Bali. Bahasa di pulau ini memiliki karakteristik yang unik dan menyenangkan untuk dipelajari.
Aksara Bali

Bahasa, tentu tidak lepas dari ucapan dan tulisan. Masyarakat Bali mengenal bahasa tulisan dengan bentuk yang mendapat pengaruh dari aksara India. Menurut sejarah, aksara Bali merupakan transformasi dari aksara Kawi yang berakar dari aksara Sansekerta dan Pallawa. Ada dua fungsi aksara khas Pulau Dewata ini.
1. Aksara Biasa
Ini merupakan bentuk aksara yang digunakan masyarakat untuk penulisan bahasa sehari-hari. Selain itu, aksara ini juga digunakan untuk menulis sebuah karya sastra. Aksara biasa ini terdiri dari dua bentuk, yaitu Wreastra dan Swalelita. Berikut ini penjelasannya.
a. Wreastra
Merupakan jenis aksara yang digunakan untuk penulisan bahasa Bali sehari-hari. Huruf-hurufnya berjumlah 18. Penulisannya memiliki kemiripan dengan aksara Jawa, hanya saja ada perbedaan pada sudut dan lengkungannya. Aksara jenis ini juga bisa digunakan untuk penulisan sebuah karya sastra.
b. Swalelita
Bentuk kedua adalah Swalelita yang penggunaannya adalah untuk menuliskan bahasa Sansekerta. Swalelita ini memiliki jumlah huruf yang lebih banyak dibandingkan Wreastra, yaitu 47 huruf. Kesemua huruf tersebut terbagi dalam 14 vokal dan bunyi, juga 33 aksara konsonan.
2. Aksara Suci
Jenis aksara ini hanya digunakan sebagai metode penulisan segala hal yang berkaitan dengan keagamaan. Misalnya penulisan mantra, rerajahan, atau weda. Aksara suci juga terdiri dari dua bentuk, yaitu wijaksara dan Modre. Pembagian ini juga berdasarkan pada penggunaannya. Inilah penjelasannya.
a. Wijaksara
Jenis aksara suci Wijaksara ini berguna dalam menuliskan segala hal tentang keagamaan. Contohnya, aturan-aturan, tata cara upacara, dan sebagainya. Jumlah hurufnya lebih banyak dibandingkan kedua jenis aksara sebelumnya, yaitu 60 huruf. Itulah sebabnya, sedikit rumit dalam mempelajarinya.
Baca Juga: Beragam Jenis Sapaan Yang Biasa Digunakan Warga Bali
b. Modre
Bisa dibilang, ini merupakan aksara tersulit dalam penulisan naskah di Bali, karena memiliki kombinasi dengan gambar ataupun simbol-simbol tertentu. Orang awam akan kesulitan dalam membacanya. Ini wajar, karena aksara Modre ditujukan untuk penulisan segala sesuatu yang memiliki sifat magis.
Aturan Dalam Bahasa di Bali
Mempelajari aksara dalam penulisan bahasa Bali, mungkin perlu waktu khusus dan panduan dari orang yang ahli. Bagi pelancong, akan lebih mudah mempelajari bahasa sehari-hari saja. Dengan mempelajarinya, tentu akan lebih mudah berkomunikasi dengan penduduk setempat. Namun, ada beberapa aturan yang perlu diketahui.
1. Pengucapan Huruf E
Di Bali, ada dua cara untuk pengucapan huruf E. Apabila penulisannya adalah menggunakan huruf e, maka pengucapannya seperti kata kare. Namun, jika penulisannya merupakan akhiran dengan huruf A, mengucapkannya seperti kata tante. Itulah sebabnya, nama orang Bali yang berakhiran A, membacanya dengan bunyi E.
2. Memiliki Tingkatan Kosakata
Seperti di Jawa, Bahasa di Bali juga mengenal tingkatan kosakata. Mulai dari bahasa kasar, madya, dan halus. Bahasa kasar biasanya digunakan untuk hewan. Sementara untuk bahasa sehari-hari dengan sesama, menggunakan bahasa madya. Adapun bahasa halus digunakan oleh kelompok bangsawan Bali atau untuk orang yang dihormati.
Contoh kata ngamah dan ngajeng. Keduanya berarti makan. Namun, kata ngamah digunakan untuk hewan. Misalnya dalam kalimat, “Kambing ngamah rumput”. Adapun ngajeng merupakkan kata yang digunakan untuk manusia dalam bahasa sehari-hari. Penggunaannya seperti pada kalimat, “Ketut ngajeng nasi”.
Bahasa Bali Sehari-hari yang Wajib Kamu Tahu
Bali merupakan destinasi wisata yang tersohor hingga ke luar negeri. Itulah sebabnya, banyak wisatawan yang datang mengunjungi Pulau Seribu Pura ini. Jika kamu salah satu di antara ribuan pelancong itu, tak ada salahnya mempelajari bahasa penduduk setempat untuk memudahkan komunikasi. Inilah beberapa yang wajib kamu tahu.
Baca Juga: Fakta Unik Tentang Nama Khas Bali
1. Sapaan
Saat bertemu seseorang, akan lebih baik menyapanya dengan ramah dan sopan. Selain kalimat sapaan, perlu juga mengetahui ungkapan selamat untuk momen atau perayaan tertentu. Misalnya saat Galungan, Kuningan, dan sebagainya. Berikut ini adalah beberapa kalimat penting tersebut.
- Rahajeng wengi = selamat malam
- Rahajeng sanje = selamat sore
- Rahajeng semeng = Selamat pagi
- Rahajeng tengai = Selamat siang
- Rahajeng rerahinan Galungan = selamat hari Galungan
2. Sopan Santun
Hal yang penting untuk diperhatikan dimanapun berada adalah menjaga sopan santun. Ini merupakan wujud dari penghormatan kepada penduduk setempat, orang yang lebih tua, dan sesama. Ada beberapa kata terkait sopan santun ini yang perlu dipelajari. Berikut ini daftarnya.
- Matur suksma = terima kasih
- Suksma mewali = terima kasih kembali
- Dados tiyang ngambahin meriki? = boleh saya lewat sini?
- Tulung = tolong
- Nunas lugra = permisi
- Nunas lugra, tiyang nyelang margi =permisi, saya numpang lewat
- Tiyang jagi mapamit = saya mau pamit pulang
- Ampura = maaf
- Beli = kakak laki-laki
- Mbok = kakak perempuan
3. Pertanyaan
Sebagai seorang pelancong, sangat mungkin perlu menanyakan jalan, lokasi wisata, harga suatu barang, dan sebagainya. untuk itu, perlu juga mempelajari bahasa Bali agar komunikasi menjadi mudah. Berikut ini adalah beberapa yang sangat sering diperlukan dalam berkomunikasi.
- Kenken kabare? = apa kabar?
- Ring dija genah Tanah Lot? = di mana letak Tanah Lot?
- Sira pesengan ragane? = siapa nama Anda?
- Aji kuda niki? = berapa harganya ini?
- Dados kirang nggih? = boleh kurang tidak?
- Napi niki? = apa ini?
- Napi nika? = apa itu?
- Apa lakarne? = apa bahannya?
Beberapa kalimat dalam bahasa Bali tersebut dapat bermanfaat dalam percakapan sehari-hari. Mempelajari bahasa daerah yang dikunjungi dan menggunakannya dengan baik, selain memudahkan komunikasi, juga merupakan bentuk penghargaan terhadap masyarakat setempat.
0 Comments